Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Barang Unik

Gambar
Perihal waktu, ia merupakan barang unik yang diberikan serentak oleh Tuhan kepada siapapun tanpa memandang umur ataupun kedudukan. Dan setiap jiwa, Allah karuniakan waktu dengan laju yang konsisten, 24 jam dalam sehari, sama rata. Bedanya, dari cara mereka memanfaatkan 86.400 detik itu. Katanya, salah satu cara menentukan kualitas seseorang adalah dilihat dari caranya bagaimana ia memperlakukan barang unik ini. Apakah dielus lembut dalam bingkai kemalasan dan kesia-siaan, atau dipacu keras dalam ketergesa-gesaan dan ambisi tingkat tinggi, ataupun bisa pula digandeng erat dengan diisi kebaikan dan kebermanfaatan. Dan aku, meniatkan diri ingin menjadi orang ketiga yang memperlakukan barang unik itu. Menggandeng erat degan diisi nilai-nilai kebaikan dan kebermanfaatan. Melakukan hal-hal positif tiap detiknya sehingga menjadikan diri lebih kreatif dan produktif. Mengisinya dengan lebih banyak membaca dan diskusi-diskusi ringan. Melakukan apapun yang bisa mengalirkan pahala kebaikan dan

Hujan bukan berarti sendu, bukan?

Dini hari tadi hujan sudah meriuhkan membawa rombongannya. Kawannya membuat aroma tanah tercium tajam. Beriring perasaan yang mencoba mengenalmu semakin tajam. Menjelang pagi, ia tak kunjung pergi. Mungkin ia masih betah berada di bumi, membasahi apa saja yang dikenainya. Bisa jadi jugakah ia membasahi jiwa-jiwa yang kering dan hati yang kosong? Bisa kok. Apa yang gabisa. Begitupun saat siang lalu menjelang sore, hujan beserta kawannya masih asyik bermain. Riuhnya semakin asyik. Rintiknya memanjakan perasaan-perasaan yang mengembang dibatas waktu. Sementara aku, masih saja sendu. Mempersoalkan diri yang tiada habisnya belajar memahamimu. Hampir saja lupa, bukankah memahami dirimu merupakan pembelajaran tiada habisnya? Lalu mengapa diri masih sendu karena belum bisa sepenuhnya mengerti? Bukankah hujan di luar sana mengajakmu tertawa? Ia tak mengajakmu bersendu. Hey, hujan tak berarti sendu bukan? Ia justru diturunkan bagi apapun. Bagi siapapun. Yang lelah dengan keringnya pera

Langit-Langit Penyesalan

Gambar
Di Langit itu tergantung jutaan penyesalan yang sering kau rutuki kehadirannya. Mereka kau acuhkan tanpa toleh sedikitpun. Semua itu dilakukan karena kau amat menyesal. Penyesalan, kau meninggalkan sesuatu yang amat berharga lantas kau menyesal telah melewatinya. Berhenti merutuki gantungan-gantungan penyesalan. Mereka tak menjahatimu. Justru kau yang membuat mereka bergantung disana. Bukankah mereka itu berharha bagi langkah-langkahmu? Lantas mengapa terus kau rutuki? Kamu bisa mengubah penyesalan dengan bentuk yang lebih berharga. Kamu bisa terbangkan kembali harapan dan mimpi yang kau buat sesal. Kamu bisa terbangkan kembali cita yang kau lewati. Kamu bisa ciptakan kembali maumu. Kamu bisa ubah itu semua menjadi bentuk lain yang lebih berharga. Tinggal bagaimana cara kau merubahnya. Bagaimana kau memulai. Dengan cara yang sebelumnya sama atau hal lain yang lebih bisa kau buat sempurna? Itu pilihanmu. Langit-langit penyesalan itu menggantung. Namun ia tersenyum mengajakmu b

Dua Tahun Disini

Langkah kaki dan kesigapan segala hal tentang amanah awal itu masih terngiang. Sejenak lewat dalam benak tanpa perlu disapa, namun perlu diperhatikan. Tempat dulu yang selalu kutaruhkan catatan tujuan di hadapan. Bukan hanya mengenai mimpi-mimpi yang dulu kurangkai, namun pula sambil ku jejaki berjuta pengalaman baru yang menjadikanku lebih bersikap dewasa dan lebih berwawasan luas. Masih banyak yang mesti dibenahi. Masih banyak yang mesti diubah. Dan masih banyak pula yang mesti dijejaki. Harus sesering mungkin menyadarkan diri untuk mengubah kata "Lelah" menjadi "Lillah". Melatih diri untuk bisa lebih terampil dalam menerapkan kata "Keras-Cerdas-Tuntas_Ikhlas". Ini bukan melulu mengenai menjemput rizqi-Nya, namun lebih kepada menggenggam amanah yang diberikan-Nya. Baru sebentar, namun rasanya belum bisa sempurna menunaikannya. Semoga terteladani tegarnya Ibrahim, bijaknya Luqman Hakim, gigihnya Dzulqarnain dan kasihnya Nabi Muhammad SAW. Atas k

Tetaplah Membumi

Gambar
Membumilah... Dengannya tanaman bisa tumbuh begitu subur. Manusia bisa hidup berjalan dengan bebas diatasnya. Beberapa hewan dapat berhibernasi di dalamnya. Meski terkadang siapapun berbuat kerusakan dengan sesuka hati. Membumilah... Berikan kebermanfaatan sebanyak mungkin bagi siapapun. Tanpa perlu kau harapkan pujian, imbalan maupun upahan. Membumilah... Senantiasa menjadi tempat terhangat orang sekitarmu Senantiasa menjadi tempat singgah bagi hati-hati yang lelah Senantiasa bersedia menampung air hujan yang langit tumpahkan Tanpa protes tanpa keluh Membumilah... Dengan segala kerendahan Kau masih berhak melangitkan doa Menerbangkan mimpi Melesatkan harapan Sungguh, sikap membumi tak akan menghilangkan kesempatanmu untuk melihat langit. Langit dan bumi akan tetap selalu bersama. Sstt... Katanya, Ada hadiah langit yang nanti tak kau sadari saat kau berusaha selalu membumi 23 Januari 2019, Ruang Kamila